Ini Kisah Korban yang Mengidolakan batas Dianiaya Bahar bin Smith

Ini Kisah Korban yang Mengidolakan batas Dianiaya Bahar bin Smith Ini Kisah Korban yang Mengidolakan batas Dianiaya Bahar bin Smith

Bandung, Sobat – Cahya Al Jabar, pria berusia 18 tahun, dihadirkan jadi saksi dalam kasus penganiayaan nan menimpa dirinya sebab Bahar bin Smith di Gedung Perpustakaan lagi Arsip Kota Bandung, Kamis (28/3). Penceramah kondang itu adalah sosok nan suah ia kagumi, hingga ingin meniru penampilannya.

Bagaimana seadilnya kisah Cahya batas bisa berakhir jadi korban penganiayaan Bahar?

1. Rambutnya dijauhkan maka diwarnai

Kekagumannya cukup sosok Bahar bin Smith melahirkan Cahya mengikuti model rambut eksentrik Bahar: bujur dan pirang. Tak tetapi itu, peci putih dan pakaian Bahar pun jarang sekali lepas dari tubuh Cahya, setidaknya cukup 2018 lalu.

Dengan penampilan itu, memang deras akan menerangkan kalau Cahya mirip dengan Bahar. Sampai suatu saat, menurut keterangan Cahya, ia diajak Zaki (Muhammad Khoerul Aumam Al Mudzaqi, sasaran lainnya atas kasus akan sama) terbang ke Bali untuk berwisata.

“Awalnya saya tidak acuh mengapa Zaki ajak saya,” kata Cahya, kepada majelis hakim di persidangan.

Tapi, anehnya, engat saat ini Cahya mengaku belum pernah menyaksikan ceramah Bahar secara langsung.

2. Dikira Habib Bahar selama berada di Bali

Sebelum terbang ke Bali, tepatnya dempet Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Zaki menyampiakan maksudnya mengajak Cahya pergi ke Bali. “Ternyata bukan berwisata, tapi mengisi acara dempet Kuta (Bali),” katanya.

Singkat cerita, penipuan bahwa dilakukan Zaki selanjutnya Cahya ketahuan. Bahar pun menerima laporan tersebut, selanjutnya emosinya seketika terpancing.

3. Cahya dijemput dekat rumahnya

Sesampainya Cahya maka Zaki di rumahnya di Bogor, Jawa Barat, santri Pesantren Tajul Alawiyin, Bogor, lantas menjemput mereka di rumah masing-masing. Keduanya dijemput menjumpai bertemu langsung maka meminta maaf lewat Bahar.

Selama bertemu hadapan pondok pesantren, Cahya selanjutnya Zaki mendapat pengawalan mengenai orang tua mereka. Bahkan, kata Iman Santosa, ayah mengenai Cahya, bersemangat waktu kenal bahwa akan bertemu Bahar. "Saya ikut nganter kerutunan. Mengawal karena dijemput hadapan rumah. Saya kebetulan ingin bertemu lagi beserta Habib Bahar," ucap Iman.

Tak sekadar itu, Iman pun sempat digelakri kopi sama Bahar dalam pondok pasantren terhormat. “Saya disuruh menunggu, dahulu dikasih kopi. Waktu itu saya menunggu dalam majelis talim,” tutur Iman.

4. Mendapat penganiayaan oleh Bahar

Ternyata, semasa bertemu beserta Bahar, Cahya mendapatkan penganiayaan. Cahya mengaku dipukul beserta didengkul seberlipat-lipat tiga kali di ajang berkelainan.

penceramah kondang terhormat tak lantas lepas ketimbang perkara. Bahar, kata Cahya, telah memukul dan mendengkulnya.

Salah satu aksi pemukulan Bahar terhadap Cahya tampak paling dalam bukti rekaman video amatir yang ditunjukkan jaksa. Dalam rekaman terhormat, Cahya yang melungguh dempet sebelah kiri Khoerul, dipukul hingga tersungkur ke belakang.

“Siapa yang memukul itu?” kata Edison, kepada Cahya, dalam persidangan.

“Habib Bahar,” respons Cahya, singkat.

Tak berhenti antara situ, terdalam bukti video amatir lainnya, Bahar juga terlihat telah mendengkul Cahya seberjibun tiga kali. Dalam video tersebut, rambut dan penampilan Cahya masih menyerupai Bahar dan berada antara tengah lapangan luas.

“Berapa kali Habib Bahar mendengkul Anda?” ujar Edison.

“Tiga kali,” kata Cahya.

5. Bapak Cahya melihat anaknya dianiaya

Meski demikian, saat didatangkan di tengah persidangan, Iman mengaku sempat melihat budaknya dianiaya. Tepatnya waktu Bahar meminta Cahya maka Zaki bertengkar maka saling memukul satu klop lain.

"Saya menyaksikan ananda saya diadu. Dia kalah, pak, karena saling tidak mengaku," kata Iman, yang lagi mendapat rambut panjang dan pirang ibarat Bahar.

"Bapak tahu nggak atau dengar ada suara pemukulan?," perdebatan Edison.

"Tidak melihat langsung. Waktu ada kegaduhan terkemuka, saya bertindakan meruyup. Tapi kata Habib, dalam luar saja," tuturnya.

Meski demikian, Cahya mengaku ikhlas melihat anak cucunya dianiaya, terutama setelah melihat Cahya digunduli akibat Bahar. “Ikhlas. Saya tanya anak cucu juga ikhlas. Jadi saya anggap beres. Ini saya anggap pembelajaran ketimbang guru kepada muridnya," kata Iman.

Hingga saat ini, tak ada yang tahu apakah dia masih mengagumi sosok Bahar atau tidak. Namun, yang cerah, Cahya telah dibenci oleh para pendukung Bahar. Ketika meninggalkan ruangan sidang, para pendukung Bahar meneriakinya dengan sebutan “Pembohong”.